Saturday 5 September 2015

Air ini hanya khusus untuk insinyur


Ini sebuah kisah nyata inspiratif, memiliki cara berpikir positif atas segala hal sehingga menghasilkan "buah" yang manis di kemudian hari.

Foto ilustrasi (tniedcnie.blogspot.com)


Di sebuah perusahaan pertambangan minyak di Arab Saudi, di akhir tahun40-an....

Seorang pegawai rendahan, remaja lokal asli Saudi, kehausan dan bergegas mencari air untuk menyiram tenggorokannya kering. Ia begitu gembira ketika melihat air dingin yang tampak didepannya dan bersegera mengisi air dingin ke dalam gelas.

Belum sempat ia minum, tangannya terhenti oleh sebuah hardikan: "Hei, kamu tidak boleh minum air ini. Kamu cuma pekerja rendahan. Air ini hanya khusus untuk insinyur" Suara itu berasal dari mulut seorang insinyur Amerika yang bekerja di perusahaan tersebut.

Remaja itu akhirnya hanya terdiam menahan haus. Ia tahu ia hanya anak miskin lulusan sekolah dasar. Kalaupun ada pendidikan yang dibanggakan, ia lulusan lembaga Tahfidz Quran, tapi keahlian itu tidak ada harganya di perusahaan minyak yang saat itu masih dikendalikan oleh manajeman Amerika.

Mengapa Tidak Semua Orang Bisa Mengingat Mimpinya?

Apakah Anda sering bangun tidur lalu merasa kesal dengan mimpi yang baru saja Anda rasakan? Ataukah Anda sering merasa mimpi indah kemudian tidak mampu mengingat siapa orang itu dan bagaimana Anda bisa bertemu dengan dia.

Seperti dilansir huffingtonpost.com, sebuah penelitian yang diterbitkan jurnal Neuropsychopharmacology menyebutkan bagian otak yang disebut temporo-parietal junction memiliki aktivitas yang lebih baik untuk mengingat mimpi pada orang yang sering mencoba mengingat mimpi mereka daripada orang yang sering melupakan mimpinya.

Adapun peneliti ini melibatkan 41 orang responden dan mengukur aktivitas otak saat mereka tidur dan terjaga. Hasilnya, separuh dari responden bisa mengingat mimpi mereka rata-rata 5 kali dalam seminggu. Sedangkan, separuhnya lagi hanya mampu mengingat mimpi mereka 2 kali dalam sebulan.


Selain itu, peneliti menemukan bahwa aktivitas temporo-parietal junction lebih tinggi baik saat mereka tidur atau terjaga, pada responden yang mengingat mimpinya lebih banyak.

Melalui penelitian ini juga ditemukan fakta bahwa orang yang mampu mengingat mimpinya dengan baik ternyata lebih mudah terbangun ketika tidur. Dengan kata lain, otak manusia memang tidak bisa digunakan untuk mengingat atau menghafal ketika tidur, tetapi setiap orang memiliki kesempatan untuk berlatih.


Sumber :
vemale

Sering Berdebat Tingkatkan Risiko Kematian Dini?

Orang-orang yang sering berdebat dengan teman-teman dan keluarga, atau terlalu mengkhawatirkan orang yang mereka cintai mempunyai risiko kematian dini hingga tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang yang kurang argumentatif.

http://vilaputih.files.wordpress.com/2010/11/1.gif

"Berdebat sesekali memang tidak menjadi masalah. Namun, bila sering melakukannya, akan berbahaya," ujar Rikke Lund, seorang peneliti sekaligus profesor sosiologi medis di Universitas Kopenhagen, Denmark.

Penelitian ini melibatkan sekitar 10.000 pria dan wanita dengan rentang usia 36-52 tahun yang diminta untuk menjawab pertanyaan mengenai hubungan sosial mereka sehari-hari di tahun 2000.

Para partisipan ditanya tentang seberapa sering mereka mempunyai konflik dengan teman, tetangga, pasangan atau anak-anak mereka, serta apakah mereka memiliki kekhawatiran terhadap anggota keluarga atau teman-teman dan kekhawatiran akan tuntutan mereka.

Selama rentang waktu 11 tahun, 226 pria (6 persen) dan 196 (4 persen) telah meninggal. Hampir separuh dari kematian tersebut disebabkan oleh kanker, sisanya akibat kecelakaan, bunuh diri, penyakit jantung, dan penyakit hati akibat penyalahgunaan alkohol.

10 Alasan Mengapa Keabadian Itu Buruk

Keabadian sering disebut adalah impian setiap manusia, namun ternyata menjadi abadi tidak seindah yang dibayangkan. Ada banyak alasan mengapa keabadian adalah hal yang buruk dan di sisi lain menunjukkan bahwa kematian ternyata adalah hal yang indah. Berikut 10 alasan mengapa Anda tidak akan menginginkan keabadian.


1. Hilangnya Identitas Diri


Anda masih ingat dengan impian masa kecil Anda? Mungkin impian itu berubah karena Anda belum dewasa dan hanyalah angan-angan semata. Namun perubahan itu akan dialami semua orang jika keabadian terwujud.

Dengan adanya keabadian maka seseorang tidak akan lagi mengetahui siapa dirinya, bagaimana kepribadian dirinya yang sebenarnya, dan apa yang mereka inginkan. Semua itu akan terus berubah dan hingga akhirnya nanti akan membuat dirinya kehilangan identitas diri.

Dalam jangka waktu ribuan tahun atas waktu yang abadi, kita pasti telah melupakan banyak hal dan mungkin termasuk siapa keluarga kita, bagaimana masa kecil kita, apa makanan favorit kita, apa bahasa kita dan banyak lainnya.



2. Golongan Sosial Yang Sangat Banyak


Dengan waktu yang tidak abadi saja kita tahu bahwa generasi kita terbagi-bagi menjadi berbagai golongan sosial seperti golongan sosial tahun 70an, 80an, 90an, dan modern sekarang ini.

Mereka yang hidup di tahun 70-an pasti memiliki musik zaman mereka sendiri dibandingkan yang hidup di generasi sekarang. Bayangkan berapa banyak golongan sosial yang dapat terbentuk jika umur manusia tidak terbatas, sederhananya bayangkan saja dalam waktu 1000 tahun.

Bahkan beberapa beragumen bahwa manusia itu terus berevolusi dan makanan yang kita makan sekarang mungkin bukan lagi makanan yang dapat kita temui di 100 tahun ke depan. Apakah Anda bisa menjamin bahwa makanan untuk 100 tahun ke depan cocok untuk Anda? Bagaimana dengan iklim di 100 tahun ke depan?

Traveling Menabung Demi Kesuksesan

Traveler, pengelana, musafir, atau apapun sebutannya memang memiliki keunikan tersendiri dibanding kebanyakan orang. Para pengelana tak suka berdiam diri di satu tempat dalam waktu yang lama. Mereka selalu ingin membuka pintu dan segera melangkahkan kaki untuk keluar dari sarangnya.
Seorang pengelana memiliki wanderlust, keinginan yang tak pernah berhenti untuk melihat dunia. Bagi mereka, tempat-tempat seganjil atau setersembunyi apapun bisa menjadi surga. Bagi beberapa orang yang tak mengerti, gaya hidup seperti ini bisa dianggap pemborosan, atau bahkan ugal-ugalan. Namun tahukah kamu bahwa sifat-sifat yang terpatri dalam diri para traveler justru bisa mendekatkan mereka pada kesuksesan?
 1. Para traveler adalah pribadi yang paling alergi pada kenyamanan semu. Mereka mengimani bahwa pengalaman baru adalah sebaik-baiknya guru.

Tak betah berlama-lama di dalam rumah via imgkid.com
Para pengelana sejati tak suka berlama-lama dalam comfort zone. Mereka selalu berusaha mencari tempat-tempat baru untuk dikunjungi, bertemu dengan sebanyak mungkin orang, tak jarang juga mereka menemui kesulitan beserta ketidakpastian di tengah perjalanan. Kendala bahasa dan budaya mungkin yang paling sering ditemui.
Namun karena ketidakpastian itu-lah yang membuat para pengelana memiliki banyak pengalaman, hingga mereka menjadi lebih banyak belajar. Mereka banyak mendapatkan ilmu dari perjalanan-perjalanan yang mereka lakukan.
 2. Perubahan yang pasti datang takkan disambut dengan panik dan ketakutan. Perjalanan mengajarkan mereka menyulap kebahagiaan dari keadaan yang sebenarnya ‘sial’.

Baik atau buruk, perubahan pasti datang seiring zaman. Perubahan tersebutlah yang membawa manusia untuk dapat bertumbuh dan berkembang. Mental yang siap mengecap kesuksesan adalah mental yang rela memeluk perubahan.
Percaya atau tidak, sebenarnya para traveler adalah mereka yang paling siap menghadapi perubahan ini. Maklum, ketidakpastian selama perjalanan telah menempa mereka untuk menyambut apapun yang bergeser dari jadwal mereka secara suka cita. Pesawat delay? Biasa! Bensin habis? Santai aja! Ketemu orang yang nggak bisa bahasa Indonesia atau bahasa Inggris? Maklum saja, cari cara supaya mereka berdua bisa saling mengerti tanpa harus memakai bahasa yang sama! Kreativitas untuk menciptakan kebaikan dari keadaan-keadaan yang sebenarnya tak ideal inilah yang menjadikan mereka begitu siap menghadapi baik-buruk perubahan dari lingkungan mereka.
 3. Kesuksesan hanya akan datang pada hati yang sabar. Cobalah tanya makna kesabaran pada mereka yang terbiasa makan mie instan karena uang harus ditabung demi liburan.

Bersabar via lifehackorg.org
Kesuksesan tidak datang secara instan. Ia hanya akan menjenguk ketika kita sudah kenyang makan kerja keras dan kegagalan. Karena itu, sukses hanya akan datang pada hati yang luar biasa sabar.
Cobalah tanyakan pada para traveler apa makna kesabaran. Mereka pasti sudah ahli! Dari harus makan mie instan demi membeli keril yang baru karena yang kemarin hilang di bagasi pesawat, bus kota yang terlambat berjam-jam dan ketika datang malah bau durian, harus berdesak-desakan seperti ikan sarden di dalam angkot… perjalanan yang mereka lakukan benar-benar “sekolah” untuk mengendalikan emosi dan membersihkan hati.
Ingat, sangat mudah untuk bersabar ketika kamu ada di rumah, nyaman dan aman dengan adanya keluarga. Jauh lebih susah ketika kamu harus bersabar dalam keadaan kamu tersesat malam-malam, tak punya orang yang dikenal di sekitar, sementara HP-mu mati dan tak ada tempat untuk mengecas di dekatmu.
Ketidakpastian-ketidakpastian seperti inilah yang hampir setiap hari dihadapi para traveler di jalan. Wajarlah jika ketika mereka sudah pulang, mereka akan menjadi pribadi yang lebih bersabar.