Saturday 7 April 2012

kacamata pintar Hi - Tech

Bagaimana rasanya kalau ada kacamata yang mampu memotret, membuat jadwal janji, video chatting, melihat Google Map saat mencari arah jalan? Dan banyak lagi. 
Saat ini, ada dua perusahan berbasis teknologi yang sedang mengembangkan kacamata pintar ini.


Project Glass dari Google

Mengubah fiksi ilmiah menjadi sebuah kenyataan, itulah yang selama ini menjadi motivasi Google di setiap proyek barunya. Kali ini, Google secara resmi mengumumkan proyek yang selama ini dirahasiakan, yakni sebuah kacamata pintar.
 
Proyek ini dijuluki Project Glass yang akan menciptakan kacamata Augmented Reality (AR). Google menjanjikan, kacamata ini bisa melakukan banyak hal (multi-tasking) seperti sebuah smartphone.

Dalam sebuah video konsep berjudul "Project Glass: One day..." yang dirilis Rabu (4/3/2012), Google menunjukan bagaimana kacamata pintar mampu memotret, menunjukan arah melalui Google Map, check-in lokasi, membuat jadwal janji, bahkan melakukan video chatting.

Ya, semua semua aktivitas itu akan muncul di lensa kacamata, tepat di depan mata penggunanya. Desain kacamatanya pun dibuat trendi.
Namun, perusahaan raksasa mesin pencari ini belum memberi bocoran mengenai fiturnya dan bagaimana cara mengontrolnya, karena Google ingin menampung saran dari semua orang yang peduli dengan proyek ini.
Lihat video berikut:
 

Epson punya Moverio
Epson berhasil membuat kacamata pintar berbasis Android bernama Moverio BT-100. Epson mengklaim produk terbarunya ini sebagai kacamata pintar pertama di dunia.
Dengan desain seperti kacamata yang dipakai salah seorang tokoh Star Trek, kaca Moverio memproyeksikan layar mikro beresolusi 960 x 650 piksel dengan jarak 1 inci dari mata penggunanya. Dengan jarak sedekat itu, mata Anda seperti menikmati layar seluas 80 inci.

Moverio telah menggunakan lensa terbaik anti UV. Selain itu, kacamata ini juga dibekali earbuds untuk menikmati kualitas audio Dolby Digital Surround Sound.
 
 
Untuk navigasinya, Moverio menyediakan kontroler Wi-Fi yang dilengkapi trackball untuk memudahkan pengguna mengakses internet, streaming, download, menonton video, dan konten multimedia lainnya seperti 2D dan 3D.

Karena Moverio telah mendukung Adobe Flash, maka ia dapat memutar konten berformat MPEG-4 (AVC/H.264), MP3, AAC, dan video di situs video sharing YouTube.

Moverio menyediakan media penyimpanan data internal 1GB yang dapat diperluas dengan MicroSD hingga 32GB dan berjalan dengan sistem operasi Android 2.2 Froyo. Baterainya bertahan hingga 6 jam.

Moverio dibanderol dengan harga 699 dollar AS atau sekitar Rp 6.2 juta.

Lihat video berikut:
 

Friday 6 April 2012

Mitos otak kiri otak kanan

Pernyataan kalau kepribadian seseorang memiliki dominasi otak kiri atau otak kanan adalah mitos. Kenyataannya kedua belahan berperan dan saling ketergantungan.


Selama ini berkembang mitos kalau seseorang dengan otak kanan umumnya kreatif, intuitif, berseni, sementara orang otak kiri cenderung pemecah masalah, lebih linier, dan logis. 
Mitos ini lahir dari sains murni, namun teknologi pencitraan modern telah menunjukkan kalau otak lebih saling fleksibel dari pada yang diduga sebelumnya.
Mitos ini mungkin berasal dari tahun 1800an, ketika para ilmuan menemukan kalau sebuah cedera pada satu sisi otak sering menyebabkan hilangnya kemampuan tertentu. Sebagai contoh, kemampuan spasial terlihat berada di sisi kanan otak, sementara bahasa ada di kiri. 
Mitos ini makin kuat di tahun 1960an, ketika para ilmuan mempelajari pasien epilepsi yang dibedah untuk memotong hubungan antara kedua belahan otak. 
 Para peneliti menunjukkan kalau ketika kedua belahan tersebut tidak dapat berkomunikasi, kedua belahan otak dapat tidak sadar mengenai eksistensi satu sama lain – dan bahkan merespon berbeda pada rangsangan. 
Sebagai contoh, ketika seorang pasien ditanya apa yang ingin ia lakukan, otak kirinya mengatakan “tukang kayu” sementara otak kanan mengatakan “pembalap”.
 
 
 
Namun lebih baru ini, teknologi pindai otak mengungkapkan kalau peran belahan otak tidak begitu sederhana seperti diduga. Kedua belahan otak faktanya saling menggantikan. 
Sebagai contoh, pengolahan bahasa, pernah dipercaya kalau hanya dominasi otak kiri, namun sekarang diketahui terjadi di dua belahan otak: sisi kiri mengolah tata bahasa dan pengejaan sementara kanan mengolah intonasi. 
Begitu juga, eksperimen menunjukkan kalau belahan kanan tidak bekerja dalam isolasi dalam kemampuan spasial: otak kanan tampaknya berhubungan dengan naluri keruangan yang umum, sementara otak kiri berurusan dengan benda di lokasi tertentu.
Apa yang benar adalah kalau sisi kanan otak mengendalikan sisi kiri tubuh dan sebaliknya. Ini artinya, cedera di sisi kiri otak (seperti stroke otak kiri) dapat menyebabkan kerusakan pada belahan kanan tubuh (misalnya lumpuh kaki kanan).
Sumber
http://www.thewritingnut.com/
http://ninespv.files.wordpress.com

Wednesday 4 April 2012

Temple Grandin,jatuh bangun karena autis, lalu jadi profesor


Penderita autis rata-rata memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi namun karena tak mampu bersosialisasi, seringkali kepintarannya tak terlihat. Temple Grandin adalah kisah penderita autis yang bisa melewati masa sulit hingga mampu jadi profesor.


Temple Grandin tahu benar bahwa dirinya berbeda, tapi ia tidak pernah merasa kurang dari orang lain. Belum genap usia 3 tahun, Temple didiagnosis dengan austisme, masalah perkembangan saraf kompleks yang membuatnya tidak mampu berhubungan sosial.

Meski jatuh bangun menghadapi kondisinya, kini Temple justru berhasil menjadi seorang profesor di bidang ilmu hewan.

Temple Grandin lahir di Boston, AS, pada 3 Desember 1947 dari pasangan Richard Grandin dan Eustacia Cutler. Tapi pada tahun 1950, sulung dari empat bersaudara ini mengalami gejala awal autisme, ia benci disentuh, mudah marah dan sangat pendiam.

Pada saat itu, anak-anak autis seringkali salah mendapatkan diagnosis, sehingga banyak yang mengalami masalah pada perkembangan fisik (difabel atau cacat), kerusakan otak atau bahkan tidak akan pernah bisa hidup sendiri.

Seiring berjalannya waktu, gejala autis Temple pun semakin parah. Dokter berpendapat ia mengalami kerusakan otak dan harus menerima perawatan jangka panjang. Ayahnya bahkan ingin Temple dirawat dalam institusi dengan menjalani perawatan gangguan perkembangan seumur hidup.

"Ayah saya adalah salah satu orang yang ingin menempatkan saya di sebuah institusi (semacam lembaga perawatan seumur hidup untuk anak autis)," jelas Temple Grandin, yang kini lebih dikenal sebagai profesor ilmu hewan di Colorado State University, seperti dilansir Dailymail.

Tapi ibunya Eustacia, justu mengirim putrinya ke terapi wicara dan menyewa pengasuh untuk menghabiskan waktu berjam-jam setiap hari untuk bermain game dengannya.

"Ketika saya masih sangat muda, saya tidak berbicara, tidak memperhatikan atau melakukan kontak mata sama sekali. Saya hanya akan bersenandung sendiri dan menggiring bola pasir di tangan," kenang wanita 64 tahun ini.

Menurut Temple, memberikan banyak waktu untuk bersama lebih dini sangat penting untuk anak autis. Hal itu dapat menghentikan sang anak mundur pada sudut isolasi dan membuat perubahan di otaknya.

Sang ibu yang tangguh merasa yakin bahwa dengan interaksi yang cukup, Temple dapat dilatih untuk belajar berperilaku 'normal'. Tak hanya belajar berbicara, Temple pun diajari sopan santun.

Pada usia 5 tahun, sang ibu mengajarkan dengan sedikit memaksanya untuk dapat menempatkan serbet di pangkuan, lalu menata sendok dan garpu dengan benar.

Menurut Temple, anak-anak autis zaman sekarang terlalu banyak dimanja sehingga menyebabkan sensory overload, yang dapat membawa serangan panik berlebihan. "Jika Anda tidak menekan sedikit, maka tidak akan ada kemajuan apapun," jelasnya.

Keluarga Grandin memiliki dana yang cukup untuk mengirim Temple ke sekolah swasta yang memberinya perhatian lebih ketimbang sekolah negeri. Namun meski sekolah tetap tidak menyenangkan baginya, ada satu kelas yang benar-benar membuatnya merasa senang, yaitu kelas berkuda dan laboratorium ilmu pengetahuan.

Saat harus berusaha mengatasi ketidakmampuan fisiknya, Temple justru mendapatkan keuntungan sendiri. Di suatu musim panas, Temple remaja yang tinggal di peternakan bibinya di Arizona menemukan empati manusianya yang hilang, diimbangi dengan pemahaman yang luar biasa terhadap hewan di peternakan bibinya.

Peternakan menjadi titik balik bagi Temple. Bukan saja ia bisa merawat kuda bibinya, tapi ia juga mulai merasakan ikatan khusus dengan ternak, yang membuatnya merasa lebih damai ketimbang harus berinteraksi dengan orang lain.

Jika 'Dr Doolittle' dapat berbicara dengan hewan, maka Temple dapat berpikir seperti apa yang hewan pikirkan.


Ia menemukan bahwa sapi sama seperti dirinya, resah dengan suara dan gerakan yang tak terduga. Namun dengan tekanan yang sesuai, sapi dapat tenang saat dilakukan pemerahan susu atau vaksinasi.

Terpesona dengan kondisi itu, Temple membujuk bibinya agar diperbolehkan mencoba memerah sapi. Hasilnya sangat dramatis, hal itu dapat menenangkan saraf Temple.

Dengan berpikiran ilmiah, Temple pun menciptakan 'mesin tekan' (squeeze machine) darurat sendiri. Dia akan menarik kabel yang diberikan tekanan dari panel pada kedua sisinya, yang dapat menenangkan sistem sarafnya yang terlalu aktif.

Masa SMA menjadi makin sulit baginya, tetapi ia terus bertahan dan berhasil mendapatkan gelar sarjana psikologi dari Franklin Pierce University di New Hampshire.

"Tinggal di sebuah kamar bersama di asrama adalah bagian tersulit. Squeeze machine dibuang oleh teman sekamar karena dianggap berantakan," kenang Temple.

Di sekolah pascasarjana di Arizona State University, Temple akhirnya menemukan suaranya, meneliti perilaku hewan dan bekerja di industri ternak sebagai bagian dari penelitian pascasarjananya.

Dia mulai merasakan bahwa ternak dan hewan lainnya sama seperti dirinya, mengandalkan petunjuk visual untuk menavigasi dunia mereka. "Hewan adalah pemikir sensorik. Mereka berpikir dalam gambar, juga dalam bau dan suara," jelas Temple.

Dengan perspektif yang unik, Temple pun mulai menulis artikel untuk majalah ternak yang terkenal.

Namun industri ternak dari Midwest pada 1970-an, bagaimanapun, bukan tempat yang mudah bagi seorang wanita muda. Dia menghadapi seksisme ekstrim dan bullying, bahkan pada suatu kesempatan, ia mendapatkan mobilnya tertutup testis banteng yang berdarah.

"Banyak koboi yang ingin saya pergi karena mereka mengatakan istrinya tidak suka saya berada disana. Tapi karena saya autis, saya tidak menangkap hal-hal sosial. Saya tidak melihat ketidaksukaan mereka terhadap saya, saya hanya ingin bekerja. Jadi selama saya bisa melakukannya dan saya senang," ujar Temple.


Temple mulai merancang apa yang sudah ia lihat dalam benaknya, yaitu cara yang lebih baik menyalurkan ternak melalui tong disinfektan dan vaksinasi tanpa membuat ternak menjadi khawatir atau takut.

Selanjutnya, dia mengalihkan perhatiannya ke rumah pemotongan hewan, merancang sistem penyembelihan ternak yang lebih manusiawi. Luar biasanya, kini lebih dari setengah juta ternak di AS dan Kanada ditangani dengan fasilitas yang dirancang oleh Temple.

Ia juga bekerja sebagai konsultan bagi McDonald, perancangan dan pelaksanaan program-program kesejahteraan hewan.

Anak autis ini mampu mengubah industri peternakan Amerika, menjadi juru bicara autisme dan mengajar mahasiswa PhD di Colorado State University. Dr Temple Grandin juga menulis sepuluh buku, tentang hewan dan perilaku manusia.

Kisah hidup Temple yang inspiratif bahkan pernah difilmkan oleh HBO dengan judul namanya sendiri 'Temple Grandin'.

Sumber :
health.detik.com

Tuesday 3 April 2012

tanda-tanda bayi autis yang perlu diketahui orang tua?


Jumlah anak yang mengalami autisme mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Maka anak-anak sebaiknya diperiksa ke dokter anak sejak usia 18 dan 24 bulan untuk mengetahui gejala autisme. Penanganan sejak dini akan lebih baik bagi masa depan bayi.


Tanda-tanda peringatan dini untuk melihat kemampuan sosial dan komunikasi anak dapat diketahui dengan mudah oleh dokter anak. Tapi yang lebih penting, orangtua juga perlu memahami bagaimana tanda-tanda anak mengidap autisme. Risiko sang anak mengidap autisme semakin besar jika saudaranya mengidap autisme.

Sejak bayi menginjak usia 1 tahun, periksalah kondisi sosial dan emosionalnya. Biasanya, bayi berusia 6 bulan sudah bisa tersenyum kembali ketika diajak bercanda. Terkadang bayi tidak mengalami autisme, tetapi mengalami keterlambatan perkembangan yang juga sebaiknya dideteksi sejak dini.

Untuk mendeteksi adanya gangguan perkembangan mental, bayi berusia 9, 18, 24 dan 30 bulan sebaiknya diperiksa ke dokter anak. Dokter akan segera membantu jika ada kekhawatiran mengenai gangguan perkembangan anak atau jika ternyata hasil pemeriksaan autisme positif.

Bayi di bawah umur 3 tahun yang didiagnosis autisme harus dirujuk ke program intervensi dini, sedangkan anak yang lebih tua bisa mendapat penanganan khusus.


Seperti dilansir parenting.com, tanda-tanda autisme pada bayi yang perlu diperhatikan orangtua adalah:
  1. Usia 3 bulan: Bayi tidak tersenyum ketika diajak tersenyum atau berbicara
  2. Usia 8 bulan: Bayi tidak ikut menatap mata ketika dipandang
  3. Usia 10 sampai 12 bulan: Bayi tidak melihat arah yang ditunjuk kemudian bereaksi menatap balik orang di hadapannya

Berikut adalah tanda-tanda autisme pada bayi yang sering digunakan dokter. Jangan panik jika bayi menunjukkan salah satu atau dua gejala berikut, tapi konsultasikan dengan dokter anak jika melihat salah satu dari tanda berikut:
  1. Usia 2 sampai 3 bulan, bayi tidak sering melakukan kontak mata.
  2. Usia 3 bulan, bayi tidak tersenyum ketika diajak bercanda atau mendengar suara pengasuhnya.
  3. Usia 6 bulan, bayi tidak tertawa atau membuat ekspresi gembira lainnya.
  4. Usia sekitar 8 bulan, bayi tidak mengikuti pandangan mata ketika orang yang menatapnya memalingkan muka ke benda lain.
  5. Usia 9 bulan, bayi belum mulai mengoceh.
  6. Usia 1 tahun, bayi tidak konsisten menoleh ketika namanya dipanggil.
  7. Usia 1 tahun, bayi nampak tidak peduli terhadap vokalisasi, yaitu kurang merespon saat namanya dipanggil. Namun memiliki kepekaan yang tajam terhadap suara lingkungan di sekitarnya.
  8. Usia 1 tahun, bayi tidak terlibat dalam vokalisasi namanya bersama pengasuh.
  9. Usia 1 tahun, bayi belum dapat melambaikan tangan seolah-olah mengucapkan selamat tinggal.
  10. Usia 1 tahun, bayi tidak dapat mengikuti atau melihat ke arah yang ditunjuk.
  11. Usia 16 bulan, bayi tidak berkata-kata.
  12. Usia 18 bulan, bayi tidak nampak memiliki hal-hal yang menarik minatnya.
  13. Usia 24 bulan, bayi tidak bisa mengucapkan dua kata yang memiliki arti.
  14. Setiap saat, bayi nampak kehilangan salah satu keterampilan yang sebelumnya pernah dikuasai.

Sumber :
health.detik.com